Media Cetak Makin Kaya Inovasi

[IMG:1-e8sc0bd0xqm.jpeg]

Kondisi ini tampak pada karya-karya peserta yang masuk ke meja panitia Serikat Perusahaan Pers (SPS) selaku penyelenggara kompetisi sampul muka (cover) media cetak komersial, media internal korporasi/lembaga, maupun media kampus, dan rubrik anak muda suratkabar harian se-tanah air. Di ajang ini, mereka bakal memperebutkan posisi bergengsi, masing-masing untuk kategori Indonesia Print Media Awards (IPMA), Inhouse Magazine Awards (InMA), Indonesia Student Print Media Awards (ISPRIMA), dan Indonesia Young Readers Awards (IYRA) tahun 2017.

Aspek penilaian untuk IPMA dan IYRA tahun ini meliputi ide kreatif, foto jurnalistik, marketing, branding, dan komunikasi massa. Sementara penilaian InMA di antaranya ide kreatif, foto jurnalistik, public relations (PR), branding, dan komunikasi massa. Dan, penilaian ISPRIMA meliputi foto jurnalistik, komunikasi massa, dan ide kreatif. Juri yang dilibatkan adalah mereka yang profesional di bidangnya. Antara lain, Nina Armando (komunikasi massa), Oscar Motulloh dan Danu Kusworo (foto jurnalistik), Ndang Sutisna dan Asmono Wikan (ide kreatif), Suharjo Nugroho (branding), Ika Sastrosoebroto (PR), serta Nasihin Masha (media).

Hingga entri resmi ditutup, Jumat (13/1/2017), total jumlah peserta mencapai 792. Terdiri dari 500 entri IPMA, 142 entri InMA, 78 entri SPRIMA, dan 122 entri mengikuti IYRA. Penjurian dilaksanakan secara maraton selama tiga hari di Kantor SPS Pusat, Jakarta, 16 – 18 Januari 2017 lalu.  

Jika dilihat dari jumlah peserta secara keseluruhan, Head of Corporate Commmunication SPS L. Hadi Pranoto tak memungkiri angkanya menurun sekitar 10 persen dibanding tahun lalu. Satu-satunya peningkatan terjadi pada kategori ISPRIMA, yang tahun ini melonjak 34 persen. Tahun lalu hanya 58 entri dan tahun ini menjadi 78 entri dari 30 perguruan tinggi.  

Meski mengalami penurunan, namun dari sisi kualitas dan inovasi meningkat sejalan dengan tema yang diangkat tahun ini, “Inovasi yang Menginspirasi”. “Mereka juga tetap menganggap ajang ini  sebagai ajang prestisius untuk mengukur karya mereka di bidang jurnalistik,” imbuh Hadi. 

Masa Depan Pers

Salah satu juri, Nina Armando, sangat terkesan dengan karya para peserta. “Banyak yang bagus, sesuai dengan kriteria yang saya cari,” katanya. Kriteria yang Nina maksud adalah cover yang mampu menangkap pesan utama secara berkelas, menohok, menarik, dan mengandung unsur novelty (tidak lazim/baru). 

Nina juga kagum pada kategori inhouse magazine yang tampilan cover-nya digarap seserius media eksternal. “Mereka sadar bahwa inhouse magazine adalah soal citra. Sebuah bukti keseriusan lembaga/korporasi mengelola dan menyampaikan pesan kepada masyarakat internal maupun eksternal,” ujarnya. Pun demikian dengan peserta IYRA. Tak hanya sampul muka yang menonjol, informasi yang disampaikan pun memuat isu terkini dengan riset mendalam dan gambar yang relevan.

Sementara Danu Kusworo, juri aspek fotografi kategori InMA dan ISPRIMA, menemukan banyak karya cover luar biasa melebihi ekspektasinya. “Saya kaget juga. Cover inhouse magazine digarap profesional, tak terkungkung batas bahwa majalah ini hanya disebar di kalangan internal,” katanya.

Kekaguman yang sama juga ia rasakan pada kategori ISPRIMA. “Ide mereka brilian dan gila. Karakternya kuat dan sudah berani main grafis. Keren!” katanya antusias. “Jadikan media kampus sebagai wadah berekspresi secara total karena masa depan pers ada di tangan mereka,” tutupnya. 

Siapa kira-kira peserta yang terbaik? Kita lihat saja pada puncak acara yang akan berlangsung di Jakarta, 3 Februari 2017. *** rtn