Media Cetak Makin Kaya Ide

[IMG:malam-penghargaan-sps-2018.jpeg]

PADANG, 7 FEBRUARI 2018 –  Puncak acara kompetisi tahunan yang diadakan Serikat Perusahaan Pers (SPS), The 9th Indonesia Print Media Awards (IPMA), The 7th Indonesia inhouse Magazine Awards (InMA), The 7th Indonesia Students Print Media Awards (ISPRIMA), dan The 5th Indonesia Young Readers Awards (IYRA) berlangsung malam ini di Padang, Rabu (7/2/2018).

Mengangkat tema “Kreativitas Tanpa Batas di Era yang Terus Berubah”, tahun ini, ajang yang menjadi wahana pemacu lahirnya karya sampul muka media cetak, digital, dan konten yang kreatif serta inovatif sejak 2010 itu diikuti 789 entri. Terdiri dari IPMA (419 entri), InMA (189 entri), IYRA (121 entri), dan ISPRIMA (60 peserta). Menurun sangat tipis dari tahun 2017 yang diikuti 791 entri.

Delapan juri diterjunkan untuk menilai karya-karya peserta. Mereka adalah  Asmono Wikan dan Nina Armando (Aspek Komunikasi Massa), Danu Kusworo dari Harian KOMPAS (Aspek Foto), Ika Sastrosoebroto dari Prominent PR (Aspek Ide Kreatif), Meiliana dari BNI (Aspek Pengiklan), Mas Sulistyo dari DM-ID (Aspek Branding), Ndang Sutisna dari First Position Groups (Aspek Ide Kreatif) dan Oscar Motulloh dari Antara (Aspek Foto). Penjurian berlangsung secara maraton 15 – 18 Januari 2018.

Meski jumlah entri tahun ini mengalami penurunan, kabar gembiranya, dari segi kualitas karya terdapat peningkatan signifikan. Hal ini tergambar dari komentar para juri. Meiliana, juri IPMA dan IYRA, berpendapat media cetak masih eksis meski digempur oleh kehadiran media on-line. “Mereka mampu menyajikan secara komprehensif antara teks dengan visual sehingga pembaca atau pengiklan dapat mengetahui pesan secara lengkap hanya dengan melihat sampul depan,” katanya.

Sementara menurut Ndang Sutisna, segi perwajahan suratkabar daerah meningkat cukup baik. Suratkabar nasional umumnya masih didominasi oleh media yang sudah mapan dan cenderung itu-itu saja.

Nina Armando menemukan lebih sedikit karya yang membawa pesan kuat. Tapi dari sisi kualitas, juri IPMA dan IYRA dari aspek komunikasi massa ini memuji kejelian para jurnalis dalam melihat sejumlah isu yang memiliki keterkaitan, lalu disatukan dalam sebuah bingkai sehingga pembaca mendapat perspektif baru. Karya IYRA tahun ini pun, menurutnya, lebih kaya isu mulai dari sosial sampai politik. Isu yang sebenarnya serius dan penting untuk diketahui anak-anak muda tapi dikemas dengan gaya khas generasi “zaman now”.

Dari aspek merek, Mas Sulistyo menyimpulkan pemahaman pelaku industri media dalam mengomunikasikan merek masih bervariasi. “Kemampuan ini harus ditingkatkan supaya mereka memiliki brand yang dapat dikenang publik,” katanya.  

Ika yang didapuk sebagai juri kategori InMA menemukan fakta menarik. Beberapa peserta mulai menyajikan karya dalam bentuk storytelling yang sedang diminati publik, tidak lagi direct selling. Mereka juga banyak menyajikan seni foto dengan narasi yang cantik yang merepresentasikan kredibilitas dari suatu korporasi dan seni instalasi dengan teknik yang sangat baik.  

Sementara Danu berpendapat  hampir semua entri yang masuk, khususnya peserta ISPRIMA, menampilkan karya yang secara kualitatif sejajar. “Kreativitas dan ide mereka luar biasa, liar, mengalir, dan kekinian,” tutupnya.

Selain malam penghargaan, acara yang dihadiri 400 pimpinan perusahaan pers se-Indonesia, tokoh pers nasional, pimpinan humas korporasi, dan lembaga pemerintah ini juga dimeriahkan dengan penyerahan sertifikat standar perusahaan pers kepada 46 penerbit anggota SPS yang diserahkan oleh Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dan Pelantikan Pengurus SPS Cabang dan Penganugerahan Penghargaan SPS cabang Terbaik 2018 oleh Ketua Umum SPS Pusat Dahlan Iskan.

Selamat kepada pemenang! Sampai jumpa tahun depan. ***   

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Asmono Wikan -- Direktur Eksekutif SPS Pusat

M: 0811 1919 36; E:  asmono.wikan@gmail.com

Daftar pemenang dapat diunduh di laman resmi SPS: www.spsindonesia.org 

 

[IMG:kluvsc0j59ycy?h=f0e1f43c3fdde568de14b08af4cedc3e618ad916]