Khas Taiwan Kelola Wisata Agro

[IMG:20160907-071639-edit.jpeg]

Kabar dari Taiwan 

Awal bulan ini tepatnya 6 hingga 10 September 2016, SPS Pusat mendapat undangan dari Taiwan Leisure Farms Development Association (TLFDA) untuk melihat dari dekat wisata agro dan wisata halal di beberapa tempat di Taiwan. Bersama SPS juga hadir 9 jurnalis media cetak dan online nasional. Taiwan Leisure Farms Development Association (TLFDA) adalah organisasi nirlaba yang dibentuk para pemilik resor pertanian untuk bekerja sama mengembangkan usaha berbasis lingkungan dan pertanian di Taiwan. Mereka menginisiasi kunjungan untuk jurnalis Indonesia dengan sasaran mempromosikan wisata agro yang mereka miliki.

Rasa lelah akibat waktu tempuh penerbangan selama Tujuh jam dari Jakarta menuju Taipei seolah sirna dengan sambutan hangat Ngan Kok Lim dan Aris, Tim dari Divisi Marketing TLFDA  yang selama lima hari mendampingi perjalanan kami. “Selamat datang di Taipei, saya nak cakap dengan bahasa melayu”, begitu  Ngan Kok Lim yang akrab disapa Calem ini membuka perkenalan di dalam Bis yang langsung membawa kami dari Bandara Taoyuan menuju destinasi pertama Flying Cow Ranch yang terletak di Distrik Miaoli.

“Flying Cow Ranch setiap tahunnya dikunjungi lebih dari 35000 wisatawan dalam dan luar negeri”, ungkap Calem yang didampingi Candy, pimpinan Flying Cow Ranch. “Rata-rata setiap bulannya 3000 orang datang, menginap dan menikmati kawasan kami”, ungkap Candy dengan sangat bersemangat. Flying Cow Ranch merupakan peternakan sapi dan kambing yang sudah berumur lebih dari 30 tahun ini. “Di kawasan ini juga dibangun pabrik pengolahan produk susu modern sejak 2007. Susu segar dari sapi pemakan rumput organik dikemas modern dan steril”. tegas Calem melengkapi.

Selepas Flying Cow Ranch, kami kemudian menyusuri Forest 18 Leisure Farm yang berada di daerah Nantou, kemudian menuju atas bukit Long Yun Leisure Farm. Perjalanan kami lanjutkan ke Tenway Garden lalu kemudian Zhuo Ye Cottage Farm. Sanfu Leisure Farm dan Toucheng Leisure Farm merupakan destinasi akhir yang kami kunjungi. Perjalanan melintasi daratan Taiwan selama 5 hari dari satu resor ke resor lain mengesankan adanya kepedulian untuk mempertahankan daya dukung lingkungan. Meski rata-rata perjalanan di tempuh 2 – 3 jam dengan Bis, namun infrastruktur jalan yang bagus dilengkapi dengan tata ruang bangunan dan perumahan yang elok serta panorama alam yang enak dipandang mata, menjadikan perjalanan kami menyenangkan.

Taiwan memang sangat serius mengelola wisata agro. Selain kawasan agro yang dikelola profesional, mereka juga melengkapinya dengan membangun sarana penginapan dan restoran dengan sentuhan alam, budaya dan tradisi yang khas. Padahal Negara dengan nama asli Republik China (Taiwan) yang pada Oktober tahun ini genap berusia 105 tahun dan merupakan Republik Demokratis pertama di Asia ini hanya memiliki luas wilayah 36.000 kilometer persegi dengan populasi penduduk 23 juta jiwa. Jika diperbandingkan dengan wilayah di Indonesia, luas wilayah Taiwan sedikit diatas wilayah Jawa Barat.

Keseriusan Taiwan mengemas wisata agro dapat dilihat pada Zhou Ye Cottage Farm. Kami dibuat terpana oleh kawasan dengan pintu bambu dan lentera-lentera besar yang tertata rapi. Konsep penginapan dengan sentuhan kesederhanaan wilayah pedesaan justru disusun dengan warisan budaya pertanian taiwan yang melegenda. SPS memperoleh ruang kamar penginapan menyerupai tempat penyimpanan padi yang dulu digunakan para petani. Konon kamar yang kami tempati bertarif 6000 taiwan dollar semalam atau setara dengan 2,5 juta rupiah. Di Zhou Yee lahan pertanian bisa bertransformasi menjadi resor. Namun, masyarakat Taiwan tidak pernah meninggalkan penghormatan pada alam dan tradisi bertani yang sudah turun-temurun mereka jalani.

 

Kampanye Menu Halal

Taiwan menyadari bahwa mayoritas negara-negara di Asia, apalagi Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia mayoritas beragama muslim. Untuk menarik minat wisatawan datang ke Taiwan maka salah satu unsur utama yang harus di perhatikan adalah makanan.  Amatan kami wisata kuliner adalah salah satu daya tarik tersendiri di Taiwan. “Saat ini resor-resor di Taiwan berusaha memperoleh sertifikat halal. Tidak mudah memang karena harus melalui uji yang ketat dan diperbaharui dalam jangka waktu tertentu”, tegas Calem sembari menunjukkan Sertifikat Halal yang terpasang di ruang restoran Long Yun Leisure Farm.

“Indonesia sangat besar, pasar yang sangat potensial untuk kami”, imbuh pria 28 tahun yang baru saja menyelesaikan studi masternya di Taiwan ini. “Saya baru saja dari Surabaya dan Medan mempromosikan pariwisata Taiwan, Indonesia terlalu besar untuk kami jelajahi”, ungkap Calem kagum. Meski jumlah penduduk muslim di Taiwan hanya sekitar 60.000 jiwa, namun kampanye menu-menu halal yang disediakan dibanyak tempat wisata di Taiwan akan semakin meningkatkan kepercayaan dan animo wisatawan terutama dari Indonesia dan Malaysia untuk datang berkunjung ke Taiwan. Kekhawatiran akan menu-menu Non Halal akan tersingkir, tergantikan oleh menu ala pedesaan yang diolah dari sayur dan buah organik produksi kebun sendiri, dikombinasikan dengan produk pangan hewani yang dihasilkan peternak di sekitar kebun.

Kami telah diperkenalkan dengan 7 lokasi wisata agro Tiwan. Hal ini sudah cukup buat kami menyimpulkan bahwa agro wisata Taiwan memang dikelola dengan sangat serius, matang dan profesional. Tinggal mempromosikannya saja kepada banyak orang.

Saat kami berada di resor Toucheng Leisure Farm, resor terakhir yang kami kunjungi dan memiliki gedung penginapan bak Castil yang menawan, seorang rekan kami sempat berujar “apa yang kita lihat di Taiwan ini rasanya semuanya juga ada di Indonesia”, namun kawan kami lainnya menimpali “benar sekali semuanya kita punya, namun banyak potensi agrowisata tidak dikelola dan dikembangkan, rasanya kita belum siap,” ungkapnya datar. Sebagian dari kami mengiyakan pendapat tersebut, sambil berpikir dalam hati saya berguman “itulah yang membedakan kita dengan Taiwan”.

________________________________

_____________________________

L. Hadi Pranoto

Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat