Tetap Inovatif di Masa Krisis

[IMG:img-8932-edit-resize.jpeg]

Hal itulah yang tercermin dari 174 karya sampul muka pemenang ajang penghargaan bertajuk Indonesia Print Media Awards (IPMA), Indonesia Inhouse Magazine
Awards (InMA), Indonesia Young Readers Awards (IYRA), dan Indonesia Student Print Media Awards (ISPRIMA) 2017, yang diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPS) di Hotel Millenium Jakarta, Jumat (3/2/2017).

Di tengah perubahan tren pola konsumsi media di Indonesia yang cenderung mulai bergeser ke medium digital, media cetak memang dituntut lebih kreatif mengemas konten, salah satunya melalui tampilan sampul muka yang menarik. Kompetisi ini merupakan wahana mengukur pencapaian karya jurnalistik media cetak melalui kerja - kerja yang inovatif dan menginspirasi.

Malam penghargaan bertajuk “Inovasi yang Menginspirasi” berlangsung meriah dihadiri oleh para praktisi media dan public relations (PR) dari berbagai kota
di Indonesia. Acara terasa lebih istimewa saat Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan para tokoh pers senior peraih penghargaan Lifetime Achievement Awards dari SPS turut hadir dalam ajang kompetisi tahunan ini.

Saat membuka rangkaian acara, Ketua Harian SPS Pusat Ahmad Djauhar mengingatkan audiens tentang kondisi terkini media cetak di Indonesia. Menurut
Djauhar, media cetak kini tengah menghadapi masa sulit akibat serbuan media digital. “Kami sudah mengajak seluruh anggota SPS untuk bersama - sama
mempersiapkan ini beberapa tahun lalu. Tapi memang kecepatan digital tak sebanding dengan kesiapan kami,” katanya.

Akibatnya, lanjut pria yang juga menjabat Wakil Ketua Dewan Pers ini, kondisi beberapa media cetak di daerah makin prihatin. Kendati kue iklan secara nasional
meningkat, tapi sebarannya tidak merata. “Padahal di luar negeri seperti di Amerika Serikat tengah terjadi rebound industri media cetak akibat maraknya hoax di media digital,” ujarnya.

Ia berharap media cetak di Indonesia juga mengalami rebound di tengah santernya peredaran hoax di media sosial beberapa tahun terakhir. Ajang Penghargaan ini
merupakan salah satu upaya SPS untuk menunjukkan eksistensi media cetak yang tetap mampu menghasilkan karya inovatif di tengah tekanan bisnis yang melambat.

Masih Ada Pasar Menanggapi kondisi pers terkini yang disampaikan Ahmad Djauhar, Menkominfo Rudiantara menyampaikan dukungannya kepada media cetak sebagai salah satu media mainstream. Dalam perspektif Chief RA–begitu ia akrab disapa—media cetak masih memiliki peluang untuk terus berkembang. Apalagi jika melihat oplah media cetak yang masih cukup rendah dibanding populasi pendukuk Indonesia, peluang menggaet pembaca baru terbuka luas.

“Oplah tertinggi koran pernah mencapai 14 juta. Kalau satu koran dibaca empat orang maka ada 56 juta orang yang membaca. Jika dibandingkan dengan jumlah pemilik ponsel 170 juta, simcard 350 juta, maka masih ada 110 juta orang lagi ceruk yang seharusnya bisa diisi oleh media media cetak. Jadi, logikanya sebetulnya masih ada peluang,” ujarnya. RA juga mengungkapkan, upaya pemerintah melawan situs-situs dan akun media sosial penyebar hoax merupakan bentuk dukungan kepada media mainstream. Agar orang yang selama ini berpaling kembali melirik media cetak.

Sebab, informasi yang dimuat media cetak lebih kredibel dan telah melalui proses kerja jurnalistik dan dapat dipertanggungjabkan. Terkait penghargaan yang diberikan kepada media cetak, RA mengapresiasi.

“Acara penghargaan tahunan ini saya rasa cukup bagus karena mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh media cetak di seluruh Indonesia, bukan hanya Jakarta atau Jawa. Inilah Indonesia Centris yang kita harapkan,” katanya. *** nif